Sepucuk Surat Untuk Indonesia Tercinta di Tahun 2018

Asian Games Tahun 1962


Teruntuk Indonesiaku tercinta,
Ini adalah surat yang sengaja aku buat untukmu, untuk mendukungmu dihelatan paling bergensi yang akan kita ikuti nanti. Sebagai warga negara yang sangat mencintaimu, sudah menjadi kewajibanku untuk mendukungmu sepenuh hati . Menjadi fans garis keras namun bersahabat demi mendukungmu memujudkan mimpi yang telah kami titipkan padamu. 
Begitu besar harapan yang telah tertumpang padamu. Mimpi besar untuk sebuah bangsa yang besar terlebih kita berada di rumah kita sendiri. Aku sadar itu adalah PR yang sangat besar. Di tengah keadaan yang tidak terlalu kondusif di negara tercinta ini. Begitu banyaknya kejadian tidak menyenangkan.Hoax yang berseliweran di media sosial.  
Di tengah kekacauan yang terjadi, kemudian pesta olahraga terbesar di Asia  datang menjelang. Bak gerimis di musim kemarau yang sudah terlampau lama. Pelepas dahaga. Asian  Games menjanjikan bersatunya lagi persahabatan yang sudah mulai terasa hambar diantara kita. Persahabatan yang  tercabik hanya karena perbedaan pandangan. Persahabatan yang terkikis karena berdiri pada pijakannya masing-masing. Tidak bisa menemukan titik temu untuk menyambungkan  simpul yang telah longgar. Bersatu demi medukung para atlit yang mewakili aku dan seluruh rakyat Indonesia yang berjuang dengan penuh semangat dan kerja keras. 
Sesungguhnya, aku dan kamu, kita semua memiliki persatuan yang kuat diantara kita. Diantara keberagaman yang kita miliki dari Barat ke Timur, dari Sabang sampai Merauke, dari pulau We sampai  Rote, kita mampu mempersatukan segala keberagaman dan perbedaan kita. Dan momentum pesta olahraga terbesar di Asia ini adalah waktu yang tepat untuk mengenalkannya kepada dunia luar. 
Indonesiaku,
Inilah waktu yang tepat untuk mengenalkan kepada dunia luar betapa indahnya dirimu. Seperti gelar yang selalu disematkan padamu, Zamrud Khatulistiwa. Tempat yang dikenal sebagai surga bagi begitu banyak hal. Flora, fauna, keindahan alam yang tiada tara, dunia bawah laut yang akan memukau siapa saja. Tak terhitung pula kekayaan budaya yang yang akan membuat kagum siapa saja. Segala macam kekayaan dan keberagaman yang telah menjadi baju persatuan untuk kita selama ini. 
Dengan perbedaan diantara kita tetapi persatuan dan persahabatan tetap terjalin. Aku dari Sumatra memilki sahabat dari Timor, kita bisa mengesamping segala perbedaan yang ada. Beda bahasa, beda budaya, beda agama. Tetapi perbedaan itulah yang akhirnya membuat persahabatan itu semakin indah. Demikian juga nanti ketika perhelatan terbesar se-Asia ini dihelat, semoga kita bisa mengesampingkan segala perbedaan kita dan mendukung sepenuhnya para utusan yang mewakili kita untuk bertarung disana.
Indonesia ku tersayang,
Ketika perhelatan akbar ini diadakan di Incheon, Korea, kita menduduki posisi ke-17 dari 37 negara dengan perolehan 4 emas,5 perak dan 11 perunggu saja. Sudah sangat lama sejak terakhir kali kita bisa menembus posisi 10 besar.
Terakhir kita bisa berbangga hati menduduki posisi ke-2 adalah pada perhelatan  ke-4 Asian Games yang diselenggarakan di  Jakarta pada tahun 1962. Ketika itu kita memperoleh 21 emas , 26 perak dan 30 perunggu. Sudah 55 tahun sejak tahun kebanggaan itu berlalu. Sudah 13 kali perhelatan berlalu, sudah saatnya kita kembali menorehkan prestasi , menembus kembali  zona 10 besar. Kita punya 1 keuntungan yaitu sebagai tuan rumah.
Besar harapanku dan masyarakat Indonesia lainnya agar pada pesta kali ini kita bisa mengukir kembali prestasi yang pernah kita dapatkan dahulu. Para atlet yang telah berlatih keras sekian lama, semoga kerja kerasnya nanti bisa berbuah manis. Membawa kemenangan demi kemenangan untuk kita semua. Membawa kembali kebanggaan sebuah bangsa besar. Kita harus bisa memanfaatkan momentum sebagai tuan rumah ini dengan sebaik-baiknya. Bravo Indonesia!!! 
Demikianlah surat ini ku tulis untukmu Indonesiaku ketika matahari mulai terbenam di balik gedung gedung tinggi megah disebelah barat sana. Senja yang dengannya teriring do’aku untukmu. Agar Indonesiaku senantiasa damai, sejahtera dan kembali terjalinnya kembali persahabatan yang sudah sedikit longgar. Tak lupa juga do’a agar kita bisa kembali mengukir prestasi seperti 55 tahun yang lalu.
Yang mencintaimu,

Marisa
Pamulang, 25 November 2017



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alor,Heaven On Earth (Part 1)

1000 Buku Untuk Alor

Sahabat Alor, Tulta dalam Senyuman