Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2017

Di Ruang Rindu Kita Bertemu

Gambar
Ini adalah cerita tentang aku yang masih terjerat dalam mantramu Mata dan senyuman yang tak pernah berubah Kini rindu datang menyelimuti hati Bila kau baca tulisan ini Itulah saat dimana hatiku bergolak rindu Dan mungkin tak kuasa lagi untuk menahan nya Tersenyum kau berbisik lembut ditelingaku “Aku menunggumu di ruang rindu” Senyum simpul itu terbentuk melengkung disudut bibirku Bila kau baca tulisan ini Itulah saat dimana hatiku bergolak rindu Senja seakan tahu apa yang bergejolak di lubuk hati Lembayung tersenyum seakan menguatkan hatiku Pesan rindu darimu Bersama semilir angin dipesisir Hatiku berdetak indah Kau adalah lirik dalam lagu rindu yang mendayu Kau adalah kata- kata indah pada bait puisi yang selalu kutulis untukmu Disela rindu yang selalu datang menggebu Kau adalah gerimis untuk   padang gersang hatiku Bila kau baca tulisan ini Itulah saat dimana hatiku bergolak rindu Diruang rindu kita bertemu

Engkau yang Hilang ke Dalam Kabut

Gambar
Aku bisa saja bermimpi tentangmu selamanya Tapi itu tak akan membuatmu hadir kembali dalam hariku Aku bisa saja tetap memanggilmu   tanpa sadarku Sampai serak suaraku Hanya saja aku sudah terlalu lelah Kau tak akan pernah mendengarku, lagi Beribu pertanyaan telah terlontar dari mulutku Tapi aku tak pernah menemukan jawaban Seperti hilang terbawa angin ke selatan Aku telah membuat beribu puisi Hanya tentangmu Tapi kau tak akan pernah mengerti Aku terlalu lama menunggu Bergelut dengan diri sendiri Mengumpulkan keberanianku, entahlah Aku bisa saja menyatakannya kepadamu waktu itu Sebelum kau akhir nya berbalik Berjalan menjauh dan hilang di telan kabut pekat Aku bias saja berbohong aku baik baik saja Tiada lagi rasa yang tersisa untukmu Hanya saja mereka bilang Bohong tak akan menyelesaikan masalahmu Bohong merusak jiwamu Aku menyerah atasmu Hanya saja Jauh dilubuk hatiku, didalam sana Aku masih teramat mencintaimu

Membunuh Rindu Part IV

“Uni ntar nongkrong yuk, ada yang mau aku omongin sama uni..” “Haah?” Aku mendongak untuk mendapatimu berdiri di depan mejaku. Mungkin aku yang terlalu larut didalam lamunanku sehingga tidak melihat kamu datang menghampiri. “Ayuuk nanti sore kita ke kafe yang kemaren itu, ada yang mau aku tanyain ke uni..”   tanpa sengaja aku menghembuskan nafas yang tanpa sengaja aku tahan. Mungkin kah? Mungkin saja, bunga itu pada akhirnya mekar dan bertemu sang kumbang. Senja telah melepas rindu berlabuh. Secercah senyum muncul di sudut bibir. “Ayuuk, mau jam berapa? Balik dari kantor langsung?” “Boleh, ntar uni tungguin aku bentar ya, mas Agus butuh laporan nya” Aku hanya mengangguk.   Kamu pasti bisa membayangkan bagaimana hatiku saat itu. Membuncah seperti baru saja mendapatkan hadiah yang telah lama aku idam-idam kan. Jadilah, sampai jam pulang datang aku tak henti bersenandung yang tentu saja membuat beberapa orang temanku merasa geli sendiri. Aku tidak pernah bersenandung. “ Jadi.

Membunuh Rindu Part III

Gambar
“ Raka kita duluan ya, masih harus ke supermarket dulu..” “ Ooo ya udah aku ikut sekalian, ada yang mau aku cari juga..” Aku dan Ana saling memandang satu sama lain. Ana tau persis apa arti tatapanku. Aku tau sebagian hatiku bersorak kegirangan sedangkan sebagian yang lain rasanya tidak sanggup lagi menahan perasaan ku sendiri. Malam itu, malam yang tidak akan pernah aku lupakan sepanjang usiaku nanti. Senyum tak pernah meninggalkan bibirku. Aku tidak peduli dengan Ana yang dengan sabar nya menemaniku. Cinta kadang memang bisa membuat kita menjadi seseorang yang bukan diri kita. Tak pernah dalam hidupku sesemangat ini menyusuri lorong demi lorong untuk mencari apa yang ada dalam daftar belanja. Kamu di sampingku memberikan pengaruh yang luar biasa. Entah bagaimana lagi aku harus menuliskannya untukmu. Seperti padang yang rindu akan tetesan hujan, seperti itu juga aku kepadamu. Jika ada kamu di dekatku, aku seperti berada dalam ruang hampa yang mana hanya ada aku, kamu dan

Membunuh Rindu Part II

Gambar
“ Heii Rei, bukannya itu cowok pujaanmu si Raka?” Aku yang   sedang asyik dengan laptop langsung menoleh mengikuti arah yang ditunjuk   Ana, sahabatku. Deg, seperti biasa hati ini akan langsung berdegub tidak karuan walaupun hanya melihatmu dari jauh. What have you done to me? Seakan tau ada yang memperhatikan kau pun menoleh dan menatap langsung kemataku. Seperti biasa dengan senyummu,   kemudian melambaikan tangan. “Annn gimana ini? Duuuh, kenapa dia harus ada disini juga sih, padahal ini kan kafenya nggak terlalu terkenal”. Aku sadar sesadar-sadarnya kalau telapak tanganku mulai mengeluarkan keringat ketika kamu berjalan kearahku. “Mungkin karena kalian memang berjodoh...” Ana menjawab dengan wajah dan nada tanpa dosa yang membuat deg-deganku makin parah. “Biasa aja , nggak usah gugup banget gitu kali..” Kali ini Ana sukses mendapatkan pelototanku. “ Boleh gabung? Aku nggak tau kalo Uni dan mba Ana suka nongkrong disini juga..” Dan engkau pun duduk dengan santainya

Membunuh Rindu Part I

Gambar
Aku tahu dan sangat paham sekali jika hati telah menjatuhkan pilihannya, apapun tidak akan berarti dan bisa untuk mnghentikannya. Seperti aku yang sangat yakin dengan perasaanku kepadamu. Aku tidak menginginkannya. Sudah terlalu sering aku melakukan kesalahan ini. Hanya saja bagaimana mungkin aku bisa tidak jatuh hati padamu, kau begitu indah. Senyum simpul yang selalu menghiasi sudut bibirmu, menggodaku. Cukup kuat untuk menarik hati yang rapuh jatuh dalam hangatnya. “ Uni, bagi makanan dulu..” dan kamu memberikan   senyum termanis yang kamu miliki. Bagaimana mungkin aku akan menolaknya. Terlalu terhipnotis aku didalamnya. Bagai pelangi sehabis hujan yang aku tau selalu jadi kesukaanmu. Telah sengaja aku bangun tembok yang tinggi di sekeliling hati ketika pertama kali berjumpa denganmu. Aku tau tidak akan ada aku dan kamu, kita dimasa yang akan datang. Jalan kita sudah berbeda, dari semula. Aku tidak pernah punya rencana untuk jatuh cinta padamu. Hanya saja terkadang hidu