A Memorable Journey with ASDP Indonesian Ferry


            Suatu hari di sebuah Pulau dan libur panjang  yang sayang untuk dilewatkan. Begitulah kira-kira kondisiku waktu itu. Menjalankan tugas disalah satu pulau terluar Indonesia yaitu Pulau Alor, memberikan kesan tertentu untuk ku. Walaupun terbiasa dengan kondisi tidak semua keinginan dapat dipenuhi, tetapi kegiatan sehari- hari yang rutin dan memiliki pola yang sama terus-menerus bisa menimbulkan kebosanan pada akhirnya. Jangan salah, Alor adalah salah satu tujuan wisata bawah air baru bagi para pencinta bawah air. Disini terdapat puluhan spot yang bisa dijadikan tempat untuk melakukan diving. Tak lebih dan kurang pula pantai dan keindahan alam lainnya yang tersaji disini. Seolah – olah sang maha Pencipta benar – benar memastikan semuanya sempurna.
            Namun demikian, kadang kala kejenuhan juga bisa melanda. Keinginan untuk melihat keramaian dan kehidupan. Istilah yang selalu kami katakan, para perantau di Negeri asal pemain Bali United, Yabes ini. Sebagai sebuah Kabupaten Kepulauan Kabupaten Alor dengan ibu kota Kalabahi, terpisah dari pulau utama. Kepulauan Alor termasuk kedalam gugusan Sunda Kecil yang terdiri dari banyak pulau-pulau kecil. Dengan tagline nya WE BRIDGE THE NATION,  disinilah ASDP Indonesian Ferry menggambil perannya dengan sangat serius.
            Kebetulan penulis sendiri bertugas di Satpel Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi milik Ditjen Perhubungan Darat, dimana kapal- kapal ASDP Indonesian Ferry lintasan Kalabahi- Kupang dan Kalabahi – Flores datang dan berangkat. 
            Jadi, suatu hari dilibur panjang bulan Mei tahun 2016 lalu penulis dan seorang teman memutuskan untuk berangkat ke Ibu Kota Provinsi menggunakan Kapal Ferry. Ada kejadian menarik sebelum kami berangkat yang sampai saat ini masih sangat menggelikan kalo diingat. Penulis telah selesai bersiap- siap untuk berangkat setelah jam tugas selesai, sementara teman masih ada urusan. Kapal sudah benar-benar siap berangkat sang teman masih belum kelihatan batang hidung nya. Teman- teman termasuk ABK Kapal sudah mendesak penulis untuk segera naik. Penulis sempat berteriak kepada Nahkoda nya untuk jangan berangkat dulu. Alhamdulillah Nahkoda nya baik hati sekali masih mau menunggu beberapa saat lagi. Akhirnya yang ditunggu- tunggu datang juga tepat setelah permintaan penulis disetujui oleh Nahkoda. Huffff
            Perjalanan dari Kalabahi menuju Kupang di Pelabuhan Bolok di mulai pada pukul 12.00 dan akan di tempuh dalam waktu 16 jam, kurang lebih. Hari itu kami berangkat dengan salah satu kapal legendaris yang pernah melayani rute Kalabahi – Kupang yaitu Kapal Ile Mandiri. Penulis pernah bertanya tentang pemberian nama Kapal – Kapal dari ASDP Indonesian Ferry ini, karena terdengar unik. Sebut saja Ile Mandiri tadi, kemudian ada Ile Ape, Inerie I dan II, Namparnos, Umakalada dan Ranaka. Ternyata sebagian besarnya adalah nama gunung yang ada di seputaran wilayah NTT. Tapi tidak semua Kapal ASDP Indonesian Ferry yang diberi nama gunung, ada juga nama- nama ikan. Infonya bisa ditemukan di web resmi mereka https://www.indonesiaferry.co.id .

Ile Mandiri bersandar di  Dermaga Pelabuhan Penyeberangan Kalabahi Dok. Pribadi

            Ketika kapal kami melintasi salah satu gugusan pulau ada pemandangan yang tak terlupakan. Barisan ikan Lumba- Lumba yang seolah-olah ingin berpacu dengan Ile Mandiri. Ada sekitar 10 ekor yang dengan gembiranya berenang di aliran lintasan yang dilewati kapal. Sesekali mereka melompat  seperti ingin memberitahukan kalau mereka benar- benar bahagia di habitatnya. Menurut kabarnya tidak setiap waktu kita bisa melihat Lumba- Lumba dalam perjalanan seperti ini. Penulis merasa sangat beruntung sekali bisa menyaksikan pemandangan indah ini di atas Kapal Ferry Ile Mandiri. Dan nikmat tuhan-Mu yang mana lagikah yang engkau dustakan?
            Angin sore mulai terasa membelai kulit dengan mesra, biru di langit perlahan mulai menghilang. Digantikan oleh bayangan merah yang semakin lama semakin kentara. Pertanda padang siang akan segera berganti. Pernahkah kamu membayangkan menikmati indah nya matahari terbenam diatas kapal pesiar, mungkin dengan orang tersayang mu? Well, ini memang bukan Kapal Pesiar tapi rasanya masih tetap seperti surga. Melihat matahari menghilang perlahan seolah ditelan oleh lautan luas. Ada sensasi tersendiri ketika menikmati matahari terbenam dari tengah lautan. Terasa sedikit berbeda daripada ketika kita berada di daratan.

Ini akan jauh lebih cantik jika kameranya lebih bagus. Dok. Pribadi

            Satu hal sih, yang menurut penulis agak kurang dari Kapal Ferry yang 1 ini, tidak ada kantin. Untuk perjalanan lebih kurang 16 jam yang ada hanya kedai kecil, menyediakan pop mie dan kopi. Atau mungkin karena perjalanan yang jauh sehingga orang- orang lebih memilih membawa bekal untuk selama perjalanannya. Kebetulan penulis dan teman tidak sempat membeli makanan sebelum berangkat. Berpikir di kapal ada kantin, kita santai. Eh ternyata!! Jadilah, siang dan malam itu kami hanya makan pop mie untuk mengganjal perut.
            Kapal Ferry Ile Mandiri memiliki beberapa kamar VVIP yang bisa disewa. Tetapi karena kami terlambat naik ke kapal, semua  sudah habis disewa. ABK Menawarkan kamarnya. Tapi kami menolak. Kami mencoba untuk tidur di kursi- kursi panjang yang tersedia di dek paling atas. Ide tidur di dek kapal ditemani oleh bintang-bintang, suara ombak yang mengiringi dan angin yang  berhembus perlahan terdengar begitu menggoda. Walaupun kemungkinan besarnya besok pagi badan akan terasa sakit mulai dari ujung kaki sampai pundak. Hehehe. 
            Pukul 03.00 dini hari kami mulai merapat ke Pelabuhan Bolok Kupang. Akhirnya perjalanan 16 jam sampai dengan selamat tapi disertai oleh encok leher. Hahahaha.
             O iya, jikalau teman- teman berniat untuk mencoba menyeberang dengan Kapal Ferry, minimal Merak – Bakauheni atau mau menjelajahi Kepulauan Seribu, teman teman bisa cek infonya di https://www.indonesiaferry.co.id ya. Selamat mencoba! #AsyiknyaNaikFerry

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alor,Heaven On Earth (Part 1)

1000 Buku Untuk Alor

Sahabat Alor, Tulta dalam Senyuman