Membunuh Rindu Part III
“ Raka kita duluan ya,
masih harus ke supermarket dulu..”
“ Ooo ya udah aku ikut
sekalian, ada yang mau aku cari juga..” Aku dan Ana saling memandang satu sama
lain. Ana tau persis apa arti tatapanku. Aku tau sebagian hatiku bersorak
kegirangan sedangkan sebagian yang lain rasanya tidak sanggup lagi menahan
perasaan ku sendiri.
Malam itu, malam yang
tidak akan pernah aku lupakan sepanjang usiaku nanti. Senyum tak pernah
meninggalkan bibirku. Aku tidak peduli dengan Ana yang dengan sabar nya
menemaniku. Cinta kadang memang bisa membuat kita menjadi seseorang yang bukan
diri kita. Tak pernah dalam hidupku sesemangat ini menyusuri lorong demi lorong
untuk mencari apa yang ada dalam daftar belanja. Kamu di sampingku memberikan
pengaruh yang luar biasa.
Entah bagaimana lagi aku
harus menuliskannya untukmu. Seperti padang yang rindu akan tetesan hujan,
seperti itu juga aku kepadamu. Jika ada kamu di dekatku, aku seperti berada
dalam ruang hampa yang mana hanya ada aku, kamu dan perasaanku kepadamu. Rindu
yang semakin memuncak setiap waktu nya.
Nothing brings me down
When
you are around
Its
like zero gravity
The
world just disappear
When
you are here
When
things get messed up
I
lift my head up
I
get lost in the clouds
There
is no sense of time with you and i
(Zero
gravity)
Aku tidak mau terlalu
lama memeluk kaktus ini. Semakin lama
aku memeluknya maka semakin besar juga luka yang nantinya aku rasakan. Hidup
berteman atau malah terkadang melawan rindu, dalam diam hanya bisa menikmati
indahmu dari jauh. Di sebabkan aku seorang perempuan aku tidak bisa menyatakan
perasaanku padamu terlebih dahulu. Call me old fashioned. Aku hanya bisa
memberikan tanda-tanda dan berharap kamu bisa membaca dan mengerti.
Aku tau kata-kata itu. Itu
urusanku untuk jatuh cinta padamu, membayangkan, mereka-reka masa depan
denganmu. Dan urusanmu juga apakah kamu membalas perasaanku atau tidak. But its
killing me. I need a sign!!! Jikalau kamu bukan untukku walaupun berat aku akan
membunuh lagi rindu ini seperti sebelumnya. Aku sudah pernah melakukannya
sebelumnya. Berat kawan! Berdarah-darah
dan meninggalkan bekas yang mendalam. Tapi jika perlu, maka aku akan melakukannya
lagi.
Kamu masih memperlakukan
aku seperti biasanya. Berat untukku membaca bagaimana sebenarnya perasaanmu
kepadaku. Kamu adalah kamu dengan segala hal yang membuatku jatuh cinta padamu.
Layaknya orang yang sedang kasmaran, Ana adalah pelampiasanku untuk
menceritakan segala sesuatu tentangmu. Kejadian hari ini yang berhubungan
denganmu atau hanya sekedar aku yang terlalu lama mencuri pandang padamu.
*********************
BalasHapusMemang berat mbunuh rindu, melawan rasa, tapi memang harus dicoba melepasnya, seperti membiarkan kaktus itu tumbuh ditempatnya. Tak perlu lagi kita memeluknya mesra
Suka cerpennya, meski pun terasa nelangsa
Masih coba coba bikin ceren ini mba wiwid. Pengembangan dari puisi sih ini
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus