Pelangi yang Kontras

      Mengingat tantangan minggu ini tentang berita yang sedang hangat minggu ini maka aku akan mencoba menuliskan tentang isu yang belakangan semakin keras berhembus. Tentang kaum pelangi alias LGBT.
      LGBT sendiri adalah singkatan dari Lesbian,Gay,Biseksual dang Transgender. Lesbian untuk perempuan,gay untuk laki laki,biseksual untuk yang menyukai baik laki laki maupun perempuan sedangkan transgender adalah merek yang sudah mengganti kelamin nya. Paling umum dari laki laki menjadi perempuan.
      Hal ini merupakan hal yang selalu jadi pembahasan tapi beberapa saat belakangan menjadi semakin kencang. Terutama di Indonesia saat ini. Semakin lama semakin banyak kaum yang dikenal pelangi  yang mulai muncul ke permukaan. Semakin berani menampakan diri mereka. Bahkan beberapa saat yang lalu disebuah kampus ternama muncul sebuah gerakan yang di kenal dengan SGRC- Support Group and Resource Center on Sexuality Studies. Organisasi ini mengupayakan pemahaman yang lebih menyeluruh mengenai permasalahan gender dan seksualitas melalui seminar diskusi dan berbagai kegiatan lainnya.
      Group ini pada akhirnya menjadi organisasi terlarang yang tidak diakui oleh kampus. Karena memang kampus bukan tempat untuk hal yang bertentangan tidak saja dengan agama,sosial,hukum dan falsafah negeri ini,yaitu pancasila.
      Semakin banyak nya kaum pelangi ini muncul tidak lepas dari dukungan para penggiat hak asasi yang menyatakan bahwa itu merupakan hak masing masing orang untuk menjadi apapun yang dia ingin kan. Cinta adalah cinta tidak peduli bagaimana pun bentuk nya. Cinta tidak pernah salah. Mereka menuntut persamaan hak,pengakuan dan penerimaan dalam segala segi kehidupan.
      Berbagai macam cara dilakukan oleh para penggiat LGBT ini untuk `menyerang` Indonesia. Menurut sebuah artikel di harian online Republika setidaknya ada 4 modus yang biasa mereka lakukan.Lewat buku,beberapa waktu yang lalu ada sebuah buku bergaya komik yang berjudul `Why Puberty :Pubertas` terbitan PT.Elex Media Komputindo mendapat sorotan dari publik karena memuat legalitas hubungan sesama jenis ini. Buku ini pun pada akhirnya ditarik dari pasaran.Selanjutnya menggunakan berbagai media sosial seperti twitter dan facebook. Di media sosial ini terdapat akun dan group yang secara terang terangan mengakui orienntasi seksual mereka. Diantara mereka banyak terdapat remaja.Kampanye lewat Youtube,terdapat sebuah saluran yang bernama Yimoet Channel tempat kaum ini mengkampanyekan keberadaan mereka. Menyatakan kebanggan mereka menjadi LGBT sejati. Yang terakhir melalui organisasi kampus,kampus pun tidak luput dari sasaran mereka. Sebenarnya propaganda LGBT ini pun sudah banyak ada di tayangan televisi. Banyak program bergenre komedi dan musik yang menampilkan laki laki yang berperilaku feminim.
       Sasaran dari kampanye ini tentu saja adalah remaja yang masih dalam masa pencarian jati diri. Umur umur yang rentan untuk di pengaruhi dan mengikuti arus.Menurut Devie Rahmawanti,seorang Sosiolog Budaya dari Universitas Indonesia di kutip dari Bintang.com,banyak nya produk budaya populer yang masuk ke indonesia, salah satunya film yang bertemakan gay,membuat disorientasi seksual kelihatan lumrah. Remaja yang sering terpapar dengan hal yang seperti itu cenderung lebih mudah terbawa arus. Mereka beranggapan bahwa perbedaan seperti bukanlah hal yang perlu di pertanyakan.
       Seringnya menyaksikan tontonan tentang kehidupan LGBT yang menyenangkan di luar negeri membuat mereka yang telah terkena virus ini semakin percaya diri menampakan diri mereka. Karakter masyarakat perkotaan yang individualistik juga memberikan pengaruh.
       
     
       
       
     

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alor,Heaven On Earth (Part 1)

1000 Buku Untuk Alor

Sahabat Alor, Tulta dalam Senyuman